December 29, 2011

List of "Cowok Bejat"


July, 2006

Bayu.

Satu nama lagi yang masuk dalam list “Cowok Bejat”. Well, itu makin membuktikan bahwa teoriku mendekati kebeneran: cowok itu sama, bejat. Mau menengok daftarku? Let’s we see.
1.      Papa
2.      Om Indra
3.      Papanya Nisa
4.      Papanya Yuni
5.      Andreas
6.      Om Santoso
7.      Papanya Rizal
8.      Rizal
9.      Angga
10.  Herry
Dan hari ini satu nama lagi yang memperpanjang deret itu,
11.  Bayu

Dan sebenarnya kebejatan mereka tidak jauh-jauh dari kasus perselingkuhan, ketertarikan pada fisik semata, dan ketidak-bertanggung-jawab-an yang mereka lakukan kepada kaum hawa.

November 10, 2011

Ketika Memori Jauh dari Kata Sopan

I try to play some songs that change my point of view
But every song still reminds me of you
            Anggun C. Sasmi – Still Remind Me

I never felt this way before
Everything that I do reminds me of you.
Avril L – When You’re Gone


I'm so fed up with my thoughts of you
and your memories
and now every song reminds me
of what used to be
            Neyo – So Sick

And I remember all those crazy thing you said
You left them running through my head.
            Avril L – Wish You Were Here

Dan ketika aku menikmati lagu-lagu itu pada masanya, mereka hanya mengalun merdu di telinga tanpa menyentuh ambang batas hati. Mereka hanya kalimat yang menjadi bagian sebuah lagu. Dan hanya sebatas itu.

November 04, 2011

(Cuma) Surat

Suatu hari aku menemukan sepucuk surat di sebuah ruang hampa, surat itu tertinggal begitu saja tanpa pernah tahu siapa tuan dari surat itu.

Dari balik tembok itu aku dapat melihatmu, kamu yang serius menatap layar komputer di depanmu. Pasti kau sedang asik dengan dunia maya yang selalu menjadi hiburanmu. Dari balik tembok aku menyaksikan, kau sedang mengenakan kaus putih dan celana pendek kesayanganmu lengkap dengan posisi dudukmu yang istimewa. Di balik tembok, hanya sebesar itu keberanianku.

November 03, 2011

Suatu Sore Setelah Hujan

Jalan-jalan sesore ini dengan wangi tanah yg masih berbaur dengan hujan dan ada kamu berjalan di belakangku mengiringiku. Memastikan bila saja aku salah melangkahkan kakiku. Meyakinkanku bahwa kamu akan selalu ada di sisiku, saat aku membutuhkanmu.

Sore setelah hujan, di sebuah tanah lapang, bunga dan kupu-kupu sementara aku dan kamu. Meski kamu tak ikut bermain dalam permainan kejar-tangkap kupu-kupu, namun kamu akan selalu sigap ketika tubuhku mulai oleh dan hampir terjatuh.

October 29, 2011

no title (3)


Tanganku ingin untaikan kata
Namun hati tak berkenan
Aku tak merasa satu rasa pun
Pada siapapun

October 20, 2011

My Name's Kanaya

Hi my name’s Kanaya. Well, it’s not my real name, but… I like it!” kataku saat peluncuran buku pertamaku. Akhirnya setelah sekian lama menulis dan menulis di blog, Tuhan memberikan media yang lebih indah untukku menulis.
You know, it’s my first book. Di dalamnya ada berbagai kumpulan cerita pendek masih tentang cinta. Tapi bedanya adalah cinta yang aku tulis di dalamnya merupakan kumpulan cinta yang aku alami, baik secara langsung ataupun enggak.” Aku menjelaskan isi bukuku.
“Secara tidak langsung bagaimana, Mbak?” Tanya seseorang yang duduk di bangku paling depan.
“Yaa, dari cerita temen-temen saya. Dari apa yang saya lihat di sekitar, yang jelas. Cinta yang tertuang dalam buku itu benar-benar cinta yang berada di sekita saya.”
“Sejak kapan sebenarnya mbak suka menulis?” kata orang yang duduk di lain sisi.
“Ummm…” aku menarik napas sejenak, lalu menjawab.

***

October 18, 2011

no title (2)

Menuliskan sajak indah tentangmu
Kan tiada terputus
Meski  kini kita menjauh
Dan kini ku tlah tahu
Kau bukan untukku
Namun tanganku
Tiada pernah mengeluh
Saat jari ini terus menari
Di pangkuan kertas putih

October 16, 2011

Cappuccino


18 Juli 2009, 11.58 pm
Saat ini aku masih belum sanggup untuk menengadahkan kepalaku, menatap orang di sekitarku, apalagi masa depanku. Esok toga akan ku kenakan, pita akan berpindah dari kiri ke kanan, kebanggaan dari orang tua aku dapatkan, pekerjaan tak usah lagi aku sangsikan. Kehidupan duniawiku nampak begitu utuh, meski ternyata kehidupan batiniahku begitu lumpuh.
Aku seperti sedang berada di depan sebuah akuarium, di hadapanku ada sebuah kaca bening, sebening sinaran wajahnya. Dia. Aku dan dia juga pernah menghabiskan waktu sore kami di café ini. Dia begitu ceria sore itu, tawanya adalah hiburan tersendiri bagi batinku. Aah… Bisakah kali ini tak membicarakan dia? Memikirkannya membuat aku semakin merindukannya.
Rindu ini bagai narkotika,
merusak sistem imunku,
namun menimbulkan candu.

October 09, 2011

Keep Smile


hidup bukanlah tentang seberapa lebar kita tersenyum menghadapi masalah.
tetapi hidup adalah tentang bagaimana kita mengurai masalah dengan senyuman.

Fakultas Psikologi Unair, 08 Oktober 2011
Thanks to: Rian Indriani

October 07, 2011

This Is Us


Fight for PIASTRO 2011!

Gazebo Psikologi Unair, 07 Oktober 2011

October 03, 2011

no title (1)

Satu point penting yang sebenarnya aku ingin kamu ketahui,
Tawamu adalah bahagiaku.
dan aku ingin melihatmu selalu tertawa.

Fakta berkata lain,
Melalui tawamu, aku memperoleh luka.
Hanya demi mendengar alunan tawamu, 
aku membungkus air mataku.
Lalu turut tertawa di hadapanmu.

September 14, 2011

Message(s) About Love

Dunia ini terlalu kejam untuk hatiku yang masih baru belajar memahami apa makna cinta. Dan untuk cinta itu sendiri masih terlalu dini untuk ku akui. Dia bukanlah orang pantas untuk ku cintai lalu mengapa cinta memilihnya?

July 23, 2011

A "happy birthday"


12.05

Aku menatap telepon genggamku, tak sedikitpun bergerak memberi tanda bahwa ada pesan atau telepon yang masuk, darimu.  Mungkin memang kamu tidak mengetahui hari spesial apa hari ini. Seharusnya saat awal bertemu, aku menunjukkan akte kelahiranku.

Harapanku agar kamu menjadi orang yang berusaha mengucapkan ‘selamat ulang tahun’ pertama kali sepertinya harapan yang terlalu muluk, berlebihan. Banyak orang berkata, hidup berawal dari mimpi, tapi orang tidak pernah mengatakan bahwa sakit bila mimpi itu tidak pernah menjadi hidup. 


02.35

Aku belum juga tertidur, masih tetap terjaga dengan harapan yang sama serambi membalas pesan dari sahabat dan teman-temanku satu per satu. Aku bersyukur masih ada orang yang peduli dengan hari ini, dan aku berharap kamu sama pedulinya dengan hari ini.

Mungkin nanti pada saat kami bertatap muka, aku berpikir positif.

Hal yang paling membosankan adalah menunggu. Namun mengapa aku tidak pernah bosan menunggumu, hanya terkadang aku merasa kelelahan meski tanpa air keringat membanjiri tubuhku. Pagi ini aku merasakan kelelahan itu terus menumpuk hingga hatiku kelu merasakannya. Aku berterimakasih kepada orang yang mempunyai ide hebat dan menciptakan kasur, yang selalu menjadi obat kelelahanku. Pada kasur aku memasrahkan tubuhku pagi ini.

July 20, 2011

bila saja itu rindu

bila saja itu rindu, 
ingin hati mengalunkan nada pada telinganya.
bila saja itu rindu,
ingin hati menggetarkan darah pada nadinya.
bila saja itu rindu, 
ingin hati berpadu dalam deru napasnya.
bila saja itu rindu, 
ingin hati menggelitik kalbunya.
itu memang rindu, 
alunan nadamu, getaran nadimu, deruan napasmu, gelitik dari kalbumu menyergap khayalku.
membuatku semakin candu menghabiskan malam bersamamu.

May 29, 2011

Panca Indera

aku berusaha lepas dari jerat pikatmu
namun kekangmu lebih kuat dari apapun
tak mampu aku mengingkari keindahan yang melekat padamu
panca indera pun tak ada luput merasakan indahnya dirimu.

mataku, berpendar menatapmu ada di hadapku,
sinar yang terpancar dari wajahmu, tanganmu, kakimu,
mereka menyegarkan.

hidungku, tersusup aroma sejuk bak aromaterapi,
rambut dan tubuhmu mengeluarkan aroma yang menjadi canduku,
wewangian itu membuatku tak ingin jauh dari pemiliknya.
mereka menenangkan.

telingaku, terbuai dengan suara yang bersumber darimu,
celotehmu, tawamu, desahan napasmu, degub jantungmu,
mereka menghanyutkan.

kulitku, tergores lembut dengan milikmu,
jengkal demi jengkal menggelitik manja lewat sentuhanmu,
mereka menggoda.

lidahku, menjawab segala penantian,
ketika bibirmu memberikan rasa manis pada bibirku,
mereka menggairahkan.

bila hati adalah indera ke enam,
maka ia pun terkontaminasi,
jahilnya hatimu mengonyak pertahananku,
mereka menaklukanku.

aku berusaha lepas dari jerat pikatmu,
namun kekang kenangmu lebih kuat dari apapun,
tolong lepaskan ikat simpul mati pada hatiku yang tertambat padamu,
aku kian tersiksa.

May 28, 2011

Cuma Kangen

Kangen itu engga dosa kan?
kalau kangen itu dosa, betapa aku telah menjadi seorang pendosa besar.
Setiap detik aku arungi hidup dengan kangen yang menggebu padanya.

Kangen.
Satu kata sederhana.
Satu impian rumit untuk menjadi nyata.

Jangan katakan kalau kangen itu dosa!
Jika kangen itu dosa, lalu dengan apa aku harus menghiasi jarak yang membentang?
Setiap satu langkah jarak kita terbentang, seribu kangen aku tebarkan.

Kangen.
Aku berbisik dalam lara.
Semoga ia mendengar.

Siapa bilang kangen itu dosa?
Bila kangen itu dosa, alasan apa yang akan aku gunakan untuk sekedar memandangnya.
Setiap ia ada, aku tak mampu memalingkan mata darinya.

Kangen.
Kata terindah meski tak terdengar.
Wujud manis meski tak nampak.
Pelukan hangat meski tak tersentuh.
Tangisan pilu meski tak berurai air mata.

Kangen itu engga dosa kan?

May 16, 2011

Simphony

Simfoni yang tak pernah kekal,
Simfoni yang tak pernah dikenal,
Simfoni yang tak pernah terdengar,
Simfoni yang tak pernah dinyanyikan,
Simfoni yang tak pernah bermelodi,
Simfoni yang tak pernah terbaca,
Simfoni yang tak pernah tertuliskan,
Simfoni yang tak pernah terimajinasikan,
Simfoni yang tak pernah terpikirkan,
Simfoni yang tak pernah ada.
Simfoni itu...

Sepenggal surat

Dari balik tembok itu aku dapat melihatmu, kamu yang serius menatap layar komputer di depanmu. Pasti kau sedang asik dengan dunia maya yang selalu menjadi hiburanmu. Dari balik tembok aku menyaksikan, kau sedang mengenakan kaus putih dan celana pendek kesayanganmu lengkap dengan posisi dudukmu yang istimewa. Di balik tembok, hanya sebesar itu keberanianku.

Melalui pria di televisi itu aku menerawang, senyummu yang selalu mampu melumpuhkan hatiku. Hanya kotak ajaib yang menyajikan gambar bergerak itu yang membantuku berimaji kau disisiku. Apa? Menatap matamu langsung, bisa pingsan aku.

Aku akan hadir di depanmu, namun bukan selayaknya aku. Kau tidak akan pernah tahu, siapa aku. Tunggu. Bukankah memang kamu benar-benar tidak pernah tahu tentang aku maupun keberadaanku di dunia ini. Jadi, apakah tidak masalah jika aku muncul dengan sebenarnya aku? Meski aku sendiri tidak yakin, dengan keberanian yang ku punya.

Aku ingat, aku pernah muncul dihadapanmu, sekali. Waktu itu kau membantuku. Tapi, bukankah kalau seperti itu artinya kau yang muncul dihadapanku? Ah, peduli amat dengan formalitas siapa yang muncul lebih dulu. Yang lebih penting, kau pernah melihatku bahkan membantuku. Namun, apa kau mengingatnya? Bahkan mungkin kau tak ingat namaku siapa. Aku pun tak berniat untuk menanyakannya padamu.


Bahkan aku hanya berani menulis tentangmu, hanya sampai sini. Titik.


  ttd,
aku.

May 15, 2011

Pilihan

“Sudahlah nduk, apa yang kamu harapkan dari Okta?”
Pertanyaan yang selalu membuat Indi menghela napas lebih dalam. Orang tua-nya tidak henti mengumandangkan pertanyaan itu selama Indi berada di rumah. Ia sengaja mengambil cuti beberapa hari untuk meredam ketegangan yang berakar pada hati. Rumah Indi jauh dari hiruk pikuk keramaian kota, sunyinya melebihi diskotik di siang bolong, tenangnya melampaui daun yang tak tertiup angin. Jalan setapak yang mungil terasa lengang, tidak ada kemacetan. Udara yang dihirup begitu segar, sangat minim polusi. Pemandangan yang terbentang hanya sawah dengan oranng-orangan sawah yang menjaga, bukan penjajah tubuh di pinggir jalanan kota. Hiburan lain yang membuat Indi tak ingin meninggalkan desa kelahirannya adalah ketika malam menjelang. Melihat bintang yang bebas bersinar, karena tidak ada lampu jalanan yang menyaingi sinarnya. Bahkan sejak kecil ia biasa berlomba menghitung bintang dengan Arin, kakak laki-lakinya. Berkejar-kejaran dengan kunang-kunang, kelap-kelip cahayanya membuat Indi gemas. Suara jangkrik, katak, gemericik daun, desauan angin, gantungan bambu pada pintu rumah Indi, bagaikan orkestra tengah malam yang bahkan suaranya lebih indah dari orkestra milik Erwin Gutawa sekalipun.  Indi berharap hatinya mendapatkan semacam pencerahan saat ia kembali ke kota tempat ia meniti karir, kota tempat ia bertemu dengan lelaki yang ia sayang, Okta.

Still Missing You

Duduk di atas pasir putih yang lembut membuatku enggan beranjak dari posisiku. Sesekali ombak datang menghampiri, seakan mengajakku bermain air bersamanya. Pasir dan ombak ini mengingatkanku padamu. Melamunkanmu tak kan ada habisnya, tak kan ada jenuhnya.

Ingatkah kamu, saat kita membangun istana pasir bersama, kamu berkata bahwa kelak kita akan mempunyai istana nan megah seperti itu. Kamu berjanji, kamu sendiri yang akan membangunnya. Lalu aku yang akan mewarnai dinding istana itu. Bersama kita menata ruang demi ruang. Aku pun masih mengingat jelas, betapa aku kesal dengan ombak yang meratakan istana pasir yang kita buat. Aku menyalahkan ombak. Ombak itu jahat. Lalu dengan sabar kamu menatap mataku serambi meletakkan kedua tanganmu di pipiku, mengusap perlahan dan berkata, “Mungkin memang ombak yang menghancurkan, namun tak boleh kita semata-mata menyalahkan ombak. Mungkin kesalahan memang dari kita, yang membangun istana ini terlalu dekat dengan garis pantai. Jangan marah sama ombak ya...”

Bila Kau Mengerti

Lelah kaki ini berjalan mengikuti langkah kecilmu. Entah apa yang membuatmu lama memutuskan barang mana yang ingin kamu beli. Setiap toko kamu masuki, setiap karyawan kamu tanyai, tak juga ada yang cocok denganmu.

“Ini gak cocok buat aku.” Selalu itu yang menjadi alasanmu. Lalu dengan cepat kamu akan berpaling ke toko lain.

Aku memang bosan, tapi ada satu alasan yang menutup mulutku untuk tak mengatakannya padamu. Memerhatikan rambut panjangmu yang terombang-ambing setiap langkah kaki yang kamu pijakan, melihatmu cemberut saat barang yang diambilkan pramu niaga itu tak cocok dengan imajinasimu, mendengar ocehanmu yang terus bercerita tentang berbagai hal. Dan moment jalan-jalan denganmu berdua, adalah hal yang langka terjadi. Alasan-alasan itu cukup untuk membungkam mulutku agar tak berujar, “Aku bosan! Ayo kita pulang!” Kalaupun aku kalimat itu benar-benar keluar dari mulutku, itu tidak akan merubah keputusanmu untuk mendapatkan apa yang kamu mau. Apapun caranya.