When love is not talking about physically
Banyak orang yang mencibir sejak aku mengangkat seorang anak laki-laki dari sebuah panti asuhan, ‘kenapa anak seperti itu masih kau banggakan? Malah kamu jadikan anak angkatmu.’ Tidak hanya satu dua orang yang mencibirku, yang lain pun meneruskan, ‘apa tidak bisa mengangkat anak yang normal saja?’
Memang kenapa dia tidak normal?
Memang ada yang salah kalau aku menyayangi anak yang tidak normal fisik maupun mental? Apa yang harus mendapat perhatian dan kasih sayang hanya mereka yang normal dan ‘mahal’? Jika itu prinsip kalian, lalu mereka yang tidak normal dan ‘murah’ mendapat asupan kasih sayang dari mana?
Dia memang tidak normal, dia memang cacat, tapi cintaku yang tercurah padanya juga tidak pernah mengenal kata cacat. Sejuk tatap matanya yang mengajarkanku untuk mencintanya segenap jiwa raga.