December 29, 2011

List of "Cowok Bejat"


July, 2006

Bayu.

Satu nama lagi yang masuk dalam list “Cowok Bejat”. Well, itu makin membuktikan bahwa teoriku mendekati kebeneran: cowok itu sama, bejat. Mau menengok daftarku? Let’s we see.
1.      Papa
2.      Om Indra
3.      Papanya Nisa
4.      Papanya Yuni
5.      Andreas
6.      Om Santoso
7.      Papanya Rizal
8.      Rizal
9.      Angga
10.  Herry
Dan hari ini satu nama lagi yang memperpanjang deret itu,
11.  Bayu

Dan sebenarnya kebejatan mereka tidak jauh-jauh dari kasus perselingkuhan, ketertarikan pada fisik semata, dan ketidak-bertanggung-jawab-an yang mereka lakukan kepada kaum hawa.

***
            Pulang sekolah waktu itu tidak seperti biasa aku dijemput om dan tanteku. Aku senang, karena aku merindukan mereka. Sudah lama aku tidak bertemu dengan mereka. Aku pikir mereka hendak mengajakku jalan-jalan. Tapi ternyata aku salah, mereka malah mengajakku ke rumah sakit. Selama kami berjalan di lorong rumah sakit tanganku tidak lepas dari genggaman mereka, dan selama itu pula mereka tidak henti mewejangiku yang pada intinya aku tidak boleh ramai dan nakal. Antara takut dengan suasana rumah sakit yang identik dengan suster ngesot dan ketidak-mampuanku untuk berbuat nakal, maka dari itu aku menurut saja dengan perintah mereka.
            Kami tiba di kamar dengan nomor sekian, aku lupa, aku melihat mamaku sedang tidur dengan pulas di bawah selimut garis-garis khas milik rumah sakit lengkap dengan seragam pasiennya.  Aku tidak tahu mama kenapa, yang aku tahu aku tidak boleh berisik jadi aku memutuskan untuk tidak bertanya pada siapapun.
            Dan sekarang sudah sepuluh tahun sejak mama terkulai lemas di rumah sakit itu, mama menceritakan semua, waktu itu mama sudah tidak tahan dengan kelakuan papa yang gemar mengencani wanita lain dan mulai mencampakkan mama meski papa tidak pernah lupa bagaimana cara mencintai anaknya. Makanya aku sayang papa, tapi mulai hari ini aku memutuskan untuk membenci papa.
            Tapi yang aku tidak habis pikir, buat apa mama malah repot-repot menegak obat nyamuk cair untuk menyelesaikan masalah. Emang kalau mama mati, jaminan papa bakal cepet tobat, kalau malah makin senang gimana karena penyelewengan yang dia lakukan lancar tanpa hambatan berwujud mama.
            Kejadian demi kejadian yang diceritakan mama tentang papa membuat rasa sayangku pada papa pun makin luntur. Ditambah lagi perlakuan papa yang cenderung “menelantarkan” kami selepas berpisah dari mama, membuat benciku pada papa makin merajalela.
            “Kamu gak phobia sama cowok kan tapi?” sahabatku menanyakan pada suatu hari.
            “Phobia? Enggaklah. Cuma jijik aja sama mereka. Mereka sama aja menurutku.”
            “Hello, Non. Aku juga cowok, note that. But I’m not like them kan?”
            “Belum kebongkar aja bejatmu, hahahha.”
            “Hahaha. But, Non, You’ve listen me carefully, men are not always bejat like it seems. It’s just your subjective opinion because you have bad experience with one of them. And one thing for sure, I’m sure that you’ll meet a guy who is not bejat at all.” Ujarnya dengan senyum bijaksananya.
            “Prove it then,
***
            Makin lama harusnya daftar nama cowok bejat yang aku miliki makin panjang, tapi pada kenyataannya daftar itu berhenti sampai nomor 11. Bayu. Bukannya aku sudah tidak menyerah, tapi memang aku disibukan dengan tugas-tugas yang membuat ketidak-pedulianku makin menebal.
            Hari ini setelah hampir 2 tahun tidak bertemu, aku dan sahabatku melanglang-buana ke gunung Bromo. He said that I need relaxation. So, here we are, Bromo Mountain.
            “How was your research, Non? Have you got what you want?” dia bertanya.
            “No, I didn’t get anything. But yes, I’ve done my research.” Senyum simpul tersungging di bibirku.
            Yes, I’ve done. Hipotesisku tidak terbukti. Persis seperti apa yang sahabatku katakan, I met someone, a guy yang beneran bebas dari kata bejat. Walau pada akhirnya hubungan kita kandas, tapi sumpah demi indahnya Gunung Bromo yang ada di depan mata itu bukan karena kebejatannya.
            Dan cerita tentang papa yang mengucur deras dari bibir mama itu tidak semuanya benar. Bukan, bukan berarti mama mengarang cerita. Semua cerita yang dikatakan mama itu benar, hanya saja penyampaiannya padaku penuh dengan nilai-nilai subjektif. Bahkan aku tidak mencari pembenaran atau pembelaan dari papa terlebih dahulu, itu kurang adil menurutku.
            “So, I am the winner, aren’t I?” ujarnya dengan senyum kemenangan.
***
November, 2010
             He is so charming. I think I’ll love him. J

December, 2010
            We had our first date, midnight movie, non-romantic movie sih.
But when I’m with him everything would be romantic automatically.

August, 2011
            Saur calling by him. Puasanya harus semangat dong.
            You’re really my spirit, you’re my imuno. ♥

September, 2011
            Don’t know why, he just avoids me.

November, 2011
            He’s leaving. He said he had no hard feeling at me!
            He just used my body, and then grabbed me when he’s getting bored.
            I lost my imuno. L
***
            Imuno-ku pergi, dan sesungguhnya aku ingin menuliskan namanya dalam daftar “Cowok Bejat”. Namanya akan tertulis tepat di bawah nama Bayu, dan dengan penulisan menggunakan huruf KAPITAL semua. Ha!
            Jika kamu bertanya, aku benci Imuno-ku? Jawabannya IYA!
            Pengalamanku dengan Imuno-ku mengingatkanku kepada kebejatan laki-laki lain yang selama ini aku tolerir atau mungkin tidak aku hiraukan, seperti putusnya Wita karena perselingkuhan, belum lagi pacar Ani yang terus menerus mengukir kebohongan, di tambah lagi dengan ulah memuakkan ketua BEM di kampus, memang dia bijaksana, dan tidak salah pula ketika dia mampu memasang identitas ‘pria baik-baik’. Tapi permasalahannya adalah dia pria baik-baik pada setiap wanita.
Oke, harus berapa nama lagi yang memperpanjang daftarku?
            Akhirnya pada malam itu aku dan segala kegalauanku menelpon sahabatku, aku menjerit kesakitan. Aku juga merutuknya, aku menyalahkannya karena akibat perkataannya aku mejadi tidak berhati-hati dengan makhluk berwujud laki-laki dan menjadi tidak memerdulikan kebejatan laki-laki. Lalu dengan sabar dan tenang dia menjelaskan,
            “Oke, aku tahu kamu sakit kamu terluka. Tapi dengan menuliskan nama mereka dalam daftar cowok bejatmu, mereka bakal tobat? Terus Imunomu itu bakal balik dan memuja-mujamu seperti dulu? Enggak kan?” aku terdiam, masih sesenggukan, “Listen me. Menyimpan kebencian itu yang capek kamu sendiri, Non. Toh, he still don’t care kan mau kamu benci atau gimana, yang jelas dia udah jujur sama kamu. Dan kamu harus menerima itu. Wake up, Non. You’re not a director, you’re just a little artist.”
            Aku masih terdiam, mencerna tiap kalimat yang dia ucapkan.
            “Hate him? I swear you’re just wasting your time, Non. Enggak ada untungnya membenci seseorang, siapapun itu. Dengan membenci dia, sakit dan lukamu bakal sembuh gitu? I bet the answer is big cross!  Kebencian hanya membencimu untuk berbuat baik loh.”
            “Rey…”
            “Yes, Non.”
            “You know, I just need you to abort my theory about bad guys. You don’t even close with them.
            And, Winona, you could say that words because you don’t know about my shit. Hahaha,” Dia tertawa begitu puas, namun sebelum aku sempat berteriak memaki, dia cepat menyahut, “hayoo mau marah-marah lagi. Hahaha. I’m kidding, Non. You really need to learn about what hate is, Dear.”
            “No, I don’t want. I want to learn what love is, with you.


gambar diambil dari sini

No comments: