February 12, 2014

Kita Versus Horton



"A person's a person, no matter how small" 
                                                                 -Dr. Seuss

Aku dapat quotes itu dari Horton Hears a Who! Film animasi tentang seekor gajah yang bernama Horton. Horton secara tidak sengaja menemukan sebuah debu, di mana di dalam sebuah debu tersebut terdapat sebuah kehidupan lain. Debu tersebut merupakan dunia bagi makhuk-makhluk kecil di dalamnya. Semua penduduk hutan tidak mempercayai Horton, bahkan mereka menganggap Horton berhalusinasi. Inti dari film tersebut adalah bagaimana Horton berusaha menyelamatkan dunia dalam debu tersebut ke tempat yang aman. That’s the point.

Horton menginspirasi betapa seharusnya kita menghargai dan menyayangi hal-hal di sekitar kita. Bayangin gajah dan debu, bukan bandingan yang imbang, kan? Bahkan di dalam debu itu masih ada ratusan penduduknya. Memang Horton adalah film animasi yang berlandaskan apa pun bisa terjadi. Tapi kalau ada sisi positif yang bisa diambil, kenapa kita harus mengabaikannya?

Back to our life.
Suatu hari, aku pernah beli 2 ekor ikan kecil. Warnanya pink dengan strip putih. Dan jujurnya aku nggak tahu itu namanya ikan apa. Aku suka sama ikan-ikan itu, menurutku mereka menghibur. Beberapa hari setelahnya, aku cerita sama teman-temanku kalau aku punya 2 ekor ikan yang baru aku beli. Lalu salah satu temanku berkata, “halah iwak cilik ae lho, disentor di WC lak wes ilang.” Halah, ikan kecil aja, dibuang di WC juga nanti hilang. Meski pun aku tahu itu adalah bercanda, tapi aku nggak suka.

Singkat cerita, kedua ikanku mati. Dan beberapa lama kemudian, temanku memberiku seekor kura-kura. Sebut saja namanya Turlon. Turlon lebih tahan banting dibanding ikan-ikanku. Sampai suatu saat, Turlon mendadak sakit, kelopak matanya membengkak, merah, dan tertutup. Turlon pun buta. Ia jadi mogok makan, mungkin juga karena nggak tahu letak makannya di mana ya. Pada saat itu, aku panik. Aku cari-cari informasi tentang dokter hewan, biaya, obat dan lain-lain. Setelah itu, aku mengajak salah satu teman kosku untuk ke rumah sakit hewan. Hari berikutnya aku bercerita dengan teman-teman kampusku. Eh, ada yang berkomentar, “Yaelah, kura-kura kecil gini dibela-belain ke dokter hewan. Masih mending kucing, ini kura-kura.” Aku lebih nggak suka dengan komentar ini.

Kadang emang manusia itu lupa, kalau mereka juga kecil di dunia yang sebenarnya, bagaikan debu di dalam film Horton. Tapi Tuhan tidak pernah pilih kasih pada umat-Nya. Tuhan selalu memberi apa yang terbaik untuk tiap-tiap umat-Nya. Mau besar, mau kecil, ketika umat-Nya membutuhkan bantuan, Tuhan akan membantu.

Itu kalau konteks vertikal, kalau konteks horisontal. Menurutku dua komentar temen-temenku ngga ada bedanya sama, “Halah, orang bodoh aja lho, dibohongin nanti juga bakal pergi.” Atau, “Yaampun, orang miskin aja dibela-belain operasi, mending yang kaya aja.”
Manusia emang suka mengklasifikasi hal-hal sesuai dengan persepsi masing-masing, tapi mereka juga lupa kalau mereka juga diklasifikasikan oleh manusia lainnya. Kaya-miskin, pintar-bodoh, besar-kecil, dan lain-lain.


Tapi bukankah sebenarnya semua pihak memiliki hak yang sama? Hak untuk dihargai dan disayangi. 

2 comments:

eno said...

AAAAACCKK #jleb
Itu bukan aku kan yang ngomong begitu?? Btw kangen deh sama kura-kuramu mbak. Bukannya dia udah punya pasangan ya?

Kanaya Martadjie said...

Hahahaha, insyaAllah bukan kamu kok hihi. Iya, dia pernah aku jodohin, ternyata pasangannya die kena jamur :(((
Sekarang dia enjoy nge-jomblo. Hihi