June 13, 2014

Mari Saling Memaafkan



Mungkin beberapa hari yang lalu, ada moment yang pas buat umat muslim bermaaf-maafan, yaitu datangnya Malam Nishfu Sya’ban. Dan, seiring dengan moment tersebut, mulailah tersebar broadcast message (BM), status di jejaring sosial, display picture, dan lain-lain yang kurang lebih isinya meminta maaf lahir dan batin.
Lucunya, hebohnya adegan minta maaf tersebut juga diikuti dengan hebohnya orang “ngomel” mengenai perilaku minta maaf melalui media sosial, yang paling dikritisi sih minta maaf menggunakan BM.

Ada yang bilangnya, kalau minta maaf melalui BM kurang afdol, kurang sopan, kurang apa lagi ya, banyak lah komentarnya. Oh, ada juga yang bilang kalau minta maafnya cuma formalitas. Menurut beberapa dari mereka, minta maaf yang baik dan benar itu dengan kirim pesan satu per satu atau mungkin juga telepon satu per satu.

Sekarang, jauh lebih keren mana orang yang memiliki niat meminta maaf meskipun dia mampunya melalui BM dan jejaring sosial, atau orang yang sama sekali nggak meminta maaf –ngomel pula-? Deep down inside my heart sih, masih mending orang yang minta maaf meskipun lewat dunia maya. Paling enggak mereka masih punya etikat baik untuk meminta maaf. Dari pada orang yang nggak minta maaf sama sekali atau justru juga nggak maafin yang minta maafnya lewat BM? Hiii... Kok jahat? :(

Konsep BM sebenarnya kan sama seperti mengirim surat, tapi ini elektronik. Jaman dulu toh juga ada yang meminta maaf dengan mengirimkan kartu ucapan Hari Raya, daaaaan... emangnya kartu ucapannya dikirimin satu per satu ke rumah tujuannya? Hehe.


Sebenar-benarnya meminta maaf dan memaafkan sebenarnya asalnya dari niat, niat yang tulus dari hati. Jadi menurutku, selama niatnya benar, Insya Allah cara apa pun memungkinkan untuk meminta maaf. Dari pada minta maaf menggunakan cara diasumsikan tepat tapi niatnya nggak tepat? Atau bilangnya sih sudah dimaafkan, tapi masih suka bergunjing dibelakang... Hiiiii~

Gambar diambil di sini :)

No comments: